top of page

Mewadahi Partisipasi Pemuda yang Bermakna dalam Proses Pengambilan Keputusan Melalui SDGs Youth Town

Partisipasi pemuda yang bermakna adalah proses keterlibatan struktural dengan kaum muda sebagai mitra dan pemimpin yang setara di semua tingkatan. Hal ini tidak hanya dapat mengubah pemuda dari penerima menjadi pemberi manfaat, tapi juga dapat membantu penyebaran manfaat serta pemaksimalan program pembangunan. Sayangnya, pemuda sering dianggap sebelah mata, terutama dalam hal pengambilan keputusan dan prioritas pembangunan. Untuk itu, 2030 Youth Force Indonesia (2030 YF) menginisiasi SDGs Youth Town Hall 2021 (SDGs YTH 2021).

Dokumentasi SDGs YTH 2021


SDGs YTH 2021 merupakan salah satu wadah komunikasi antar aktor dari berbagai lapisan untuk berdiskusi mengenai isu pemuda dan SDGs. Melalui kegiatan ini, pemuda berkesempatan untuk menyampaikan aspirasi terhadap isu tersebut ke perwakilan pemerintah terkait. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara virtual pada 20 November 2021 dan dihadiri oleh 113 peserta yang merupakan pemuda. Selain itu juga dihadiri 14 narasumber dari perwakilan Rutgers Indonesia, PPN Bappenas, 2030 YFI, juga pemerintah dan organisasi pemuda terkait. Ditambah lagi, kegiatan tersebut juga terlaksana sebagai rangkaian dari pre-event SDGs Annual Conference 2021 yang dilaksanakan oleh sekretariat SDGs dan Kementerian PPN/Bappenas.

Narasumber SDGs YTH 2021


Kegiatan dimulai dengan tiga sambutan utama. Yang pertama, Dr. Vivi Yulaswati, M.Sc yang merupakan staf ahli menteri PPN bidang sosial dan penanggulangan kemiskinan memaparkan bagaimana COVID-19 berdampak pada penerapan SDGs di Indonesia. Meski berbagai dampak buruk telah dirasakan seperti, banyak orang tidak bisa bekerja, menurunnya pendapatan secara drastis, peningkatan resiko kekurangan gizi dan kehamilan, dan learning loss akibat pembelajaran jarak jauh, tapi pandemi COVID-a9 juga memberikan dampak positif. Beberapa contohnya adalah percepatan perkembangan teknologi, termasuk dalam teknologi pembayaran. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa pemuda merupakan faktor kunci untuk SDGs. Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi, dan Partisipasi Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Endah Sri Rejeki juga melanjutkan, bahwa saat ini pemerintah tengah berupaya untuk meningkatkan partisipasi anak dalam pembangunan dengan membuat banyak forum anak. Senada dengan beliau, Amalah Rahmah yang merupakan Country Representative Rutgers WPF Indonesia mengatakan bahwa beliau ingin agar pemuda lebih didengar, ditanggapi, dan diperhitungkan sebagai bagian dari masyarakat agar pemuda dapat berpartisipasi, memberi pendapat, dan bergerak bersama untuk mewujudkan pembangunan yang lebih inklusif. Hal tersebut diperlukan khususnya dalam penyelesaian permasalahan perkawinan anak, dimana permasalahan tersebut tidak hanya disebabkan oleh kemiskinan, tapi juga karena kehamilan muda/tidak terencana, menjadi korban pemerkosaan, norma sosial & budaya, pengetahuan rendah terhadap kesehatan reproduksi, juga ketidak pahaman mengenai alat kontrasepsi Pernikahan anak menjadi salah satu isu utama yang dibahas dalam SDGs YTH 2021.




Kemudian, dilanjutkan dengan sesi plenary dimana peserta mendapatkan gambaran mengenai partisipasi pemuda yang bermakna dalam agenda berkelanjutan dalam gelar wicara antara Billy Mambrasar yang merupakan staf khusus millennial kepresidenan, Linka Lin yang merupakan Youth Social Entrepreneurship and Innovation Consultant of UNDP Asia-Pacific, dan Tirza Listiarani yang merupakan koordinator dari 2030 Youth Force Indonesia. Billy berpendapat bahwa keterlibatan generasi muda di Indonesia sudah naik trennya, namun kurang banyak lapangan pekerjaan yang tersedia. Senada dengan hal tersebut, Linka juga menyampaikan tantangan pemuda agar dapat terlibat dalam implementasi SDGs. Paparnya, pemuda mengalami permasalahan fundamental, dimana pemuda kurang diberi kesempatan untuk dipercaya walaupun sebenarnya mereka mampu. Tirza kemudian menyimpulkan bahwa pemuda harus percaya ke diri sendiri jika ingin mencapai SDGs secara bersama. Tidak hanya dari perseorangan saja, namun tiap lapisan harus berani bergerak dan berbicara.


Kemudian di sesi panel, perwakilan pemuda, yang diwakili oleh 2 orang delegasi SDGs YTH 2021 untuk masing-masing pilar SDGs diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya mengenai isu 4 pilar isu SDGs (Ekonomi, Lingkungan, Hukum & Tata Kelola, dan Sosial) kepada perwakilan pemerintah terkait, dilanjutkan dengan paparan dan diskusi antar peserta dan narasumber yang merupakan perwakilan pemerintah dan organisasi pemuda. Isu-isu yang dibahas pada masing-masing pilar adalah:

  1. Pilar Ekonomi, "Mendorong ekonomi melalui kewirausahaan dan innovative financing". Setidaknya ada 2 pernyataan pemuda untuk dipertimbangkan oleh pemerintah, yaitu:

    1. Memberikan kepastian pendampingan pada kelompok UMKM yang masuk sebagai penerima manfaat dalam kegiatan pemerintah agar UMKM memiliki keberlanjutan yang mampu menyerap banyak tenaga kerja: misalnya memberi pendampingan dalam permodalan, ketenagakerjaan dll.

    2. Pemuda/organisasi dapat bekerjasama dengan UMKM di daerah untuk membantu pemasaran produk / digitalisasi. Contoh misalnya: AISEC UNSOED melalui local project yang bekerja sama dengan UMKM. Dibutuhkan SDM yang memadai.

  2. Pilar Lingkungan, "Pembangunan rendah karbon untuk aksi iklim: Pengelolaan sampah dan ekowisata berbasis alam", dimana perwakilan peserta dapat menyampaikan aspirasinya terkait isu masing-masing pilar SDGs. Ada 5 pernyataan pemuda untuk dipertimbangkan oleh pemerintah, yaitu:

    1. Mendorong ekowisata berbasis lingkungan. Contoh di Bali: Merestorisasi pohon bakau, dan tempat konservasi penyu dan sektor wisata lokal

    2. Lebih banyak perusahaan untuk menggunakan sustainability report. Diharapkan dengan menggunakan sustainability reporting yang dikontrol oleh pemerinta

    3. Memastikan sektor industri dan pemerintah dapat me

    4. Mendorong agar banyak bank sampah yang mudah diakses berbasis digital. Mendorong upaya untuk mengatasi suhu dibawah 2 derajat celcius

    5. Implementasi kebijakan kurikulum nasional mengenai kesadaran akan perubahan iklim agar dapat berkontribusi secara bermakna.

  3. Pilar Hukum, "Keterlibatan pemuda yang bermakna dalam proses perencanaan kebijakan". Ada 5 pernyataan pemuda untuk dipertimbangkan oleh pemerintah, yaitu:

    1. Memastikan adanya ruang kolaborasi yang berkelanjutan ketika pemerintah akan membuat suatu kebijakan

    2. Adanya strategi nasional untuk pelibatan pemuda dalam proses pembuatan kebijakan di tingkat pusat maupun daerah

    3. Menjamin kepastian hukum yang inklusif, pemuda ingin menjadi subjek dalam kebijakan

    4. Berkolaborasi dengan pemuda daerah untuk program cyber daerah, dimana pemuda dapat terlibat dalam posisi strategisnya

  4. Pilar Sosial, "Perkawinan anak dan kekerasan di situasi pandemi".

    1. Remaja berperan menjadi pelopor dan pelapor terhadap kanal-kanal yang sudah tersedia perihal perkawinan anak.

    2. Pemuda menjadi “agent of change”, sebagai penggerak di lingkungan masyarakat untuk memberikan pemahaman perkawinan anak.

    3. Pemerintah melibatkan peran pemuda untuk bekerja sama dalam perwujudan 2 poin sebelumnya.

    4. Penguatan pengasuhan dan penguatan ekonomi keluarga untuk menurunkan tensi mindset perkawinan anak dari aspek lingkungan (community).




Kampanye buatan delegasi SDGs YTH 2021


Mengingat pentingnya isu yang dibahas, peserta juga berkesempatan membuat kampanyenya terkait 4 pilar SDGs dalam bentuk konten media sosial. Melalui SDGs YTH 2021 diharapkan akan ada lebih banyak remaja dan pemuda yang dapat mengetahui dan berpartisipasi dalam isu yang diusung oleh Power to You(th) berkaitan dengan SDGs dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dari hasil dialog konsultatif antara remaja dan pemuda dengan pemerintah dan stakeholders terkait.


289 views0 comments
bottom of page