2030 YFI Berhasil Mengkapasitasi 93 Orang Muda Indonesia untuk Mendorong Kebebasan Sipil dan HAM lewat Freedom Unleashed
- 2030youthforceindo
- 4 days ago
- 7 min read

Sejak November 2023 hingga April 2025, 2030 YouthForce Indonesia telah berhasil melaksanakan program yang kami beri nama Freedom Unleashed. Freedom Unleashed sendiri merupakan bagian dari aliansi WeRise, yang bekerjasama dengan CIVICUS Global Alliance dengan tujuan untuk memperluas kebebasan sipil, HAM dan Hak Berkumpul Secara Damai (Freedom of Peaceful Assembly).
Freedom Unleashed yang dinisiasi oleh 2030 YFI, berfokus pada 3 aspek. Yakni;
A, Meningkatkan kesadaran orang muda tentang pentingnya kebebasan sipil termasuk hak berkumpul secara damai di Indonesia
B. Mengkapasitasi orang muda untuk bisa mengetahui dasar-dasar hukum kebebasan sipil di Indonesia dan bagaimana mereka bisa mengimplementasikannya melalui berbagai medium kreatif
C. Mendorong pemberdayaan orang muda agar bisa mengadvokasikan isu kebebasan sipi melalui media kreatif ataupun seni
Program ini sendiri, dibagi ke dalam 2 siklus. Siklus pertama dilaksanakan mulai dari November 2023 - Juni 2024. Sementara untuk siklus kedua dilaksanakan mulai dari November 2024 - April 2025. Selama satu setengah tahun program ini berjalan, 93 orang muda dari 18 Provinsi di Indonesia telah berhasil ter kapasitasi dan berpartisipasi dalam mendorong isu kebebasan sipil di Indonesia.
Siklus Pertama (November 2023 - Juni 2024)

Dalam siklus pertama, kami berhasil mengkapasitasi total 38 orang muda di Indonesia dari 9 Provinsi di Indonesia melalui pelatihan kapasitas yang dilakukan secara hybrid. Dalam pelaksanaan pelatihan ini, kami berkerjasama dengan Komnas HAM, Amnesty Indonesia, Pamflet Generasi, Narasi, SAFENet, LBH Apik, PSHK, dan Project Multatuli.
Peserta belajar mengenai dasar-dasar kebebasan sipil di Indonesia, partisipasi orang muda secara bermakna, kebebasan berekspresi di ruang digital serta memperkuat kampanye digital di media sosial untuk menyuarakan berbagai isu yang masih menjadi ancaman bagi kebebasan sipil di Indonesia.
Sebagai hasil dari kapasitas ini, peserta program berhasil memproduksi total 93 konten video digital yang menyuarakan tentang pentingnya hak berekspresi, berpendapat, berkumpul secara damai (kebebasan sipil), keadilan sosial bagi kelompok marginal, kampanye terkait revisi UU ITE dan juga KUHP baru.
Sebagai langkah berkelanjutan untuk siklus pertama ini. Kami juga memproduksi sebuah Buku Saku panduan terkait pentingnya kontribusi orang muda untuk isu kebebasan sipil, dan bagaimana mereka bisa menyuarakan isu tersebut, melalui kampanye digital.
Dalam proses pembuatan buku saku ini, 2030 YFI berkolaborasi bersama 13 organisasi orang muda lainnya, dalam pertemuan konsultatif untuk membahas poin-poin penting apa saja yang perlu disuarakan atau dimasukan ke dalam buku saku panduan ini.
Siklus Kedua (November 2024 - April 2025)

Pada siklus kedua, kami juga melakukan kegiatan peningkatan kapasitas dan kampanye kolaboratif, namun yang membedakan dari siklus pertama ialah, kami berusaha untuk menyasar jangkauan orang muda yang lebih banyak dan luas, serta mencoba menggunakan medium seni kreatif sebagai bentuk advokasi isu kebebasan sipil.
Pada siklus kedua ini, kami mengkapasitasi 55 orang muda dari 13 Provinsi di Indonesia. Pelatihan kapasitas ini dilakukan dalam 2 hari rangkaian yang diikuti oleh 28 peserta secara daring (11-12 Januari 2025) dan 27 peserta secara luring (25-26 Januari 2025). Dalam pelatihan kapasitas siklus kedu aini, kami bekerjasama dengan Amnesty Indonesia, PSHK, Remotivi dan seniman Ika Vantiani.
Sebagai hasil belajar dari pelatihan kapasitas ini, peserta diminta untuk membuat satu karya video kampanye kolaboratif dan satu karya seni yang dipamerkan dalam pameran bertajuk Freedom (Art)ssembly. Total ada 36 video kampanye kolaboratif yang diproduksi dan ada 36 karya seni yang berupa, lukisan, ilustrasi, poster, instalasi, game, clay, dan puisi dihasilkan oleh tangan-tangan hebat peserta.

Karya tersebut dipertunjukan dalam kegiatan Freedom (Art)Ssembly Exhibition and Talkshow pada 22 Maret 2025, di Taman Ismail Marzuki. Dalam kegiatan ini, karya peserta dapat dipelajari dan dinikmati oleh para pengunjung yang hadir. Harapannya karya peserta mampu meningkatkan kesadaran bagi pengunjung umum tentang pentingnya kebebasan sipil dan peran orang muda dalam mendorong isu tersebut. Tidak hanya pameran, kami juga mengadakan beberapa kegiatan kreatif seperti lokakarya pembuatan gantungan kunci dan kolase dengan tema Kebebasan sipil dan HAM.
Sebagai puncak acara,kami mengadakan dialog publik dengan tema “Memperluas Kebebasan Sipil Melalui Media Kreatif.” dengan narasumber Fatia Maulidiyanti (Pegiat HAM), Hafez Gumay (Koalisi Seni), Fitriyani (KontraS), dan Aidia Awwaaba (2030 YouthForce Indonesia) yang mendiskusikan bagaimana situasi kebebasan sipil saat ini, dan bagaimana medium media kreatif dan seni bisa digunakan sebagai salah satu bentuk protes dan kritik terhadap situasi-situasi yang mengekang kebebasan sipil saat ini.

Lewat program ini kami berharap bisa meningkatkan kapasitas bagi orang muda bisa menyuarakan hak sipil mereka. Hafiz, salah satu peserta Freedom Unleashed asal Aceh mengungkapkan jika , selama mengikuti program, selain paham dengan kondisi kebebasan sipil dan HAM di Indonesia, ia juga mengerti bagaimana bisa menjadikan media seni sebagai media berekspresi. “it's better to take a small action than do nothing.” ungkapnya. Selain itu Iman, peserta lain menceritakan bagaimana aelama kegiatan Freedom Unleashed, ia belajar banyak bahwa perjuangan atas kebebasan merupakan perjuangan untuk semua orang dan merupakan kesempatan yang luar biasa bisa bertukar pengalaman dan mendengar cerita kawan-kawan dari beragam daerah, isu, dan organisasi yang menyadarkan pentingnya interseksionalitas dalam perjuangan, kolaborasi, serta partisipatoris yang melampaui tokenisme dan representasi.
Sebagai penutup, partisipan lainnya, Meira Fenderissa mengungkapkan bahwa program ini mengajaknya tidak hanya memahami materi tapi berproses dalam proyek pameran kolektif. Selama menggarap karya tersebut, ia merenungkan ulang pelajaran dari sesi-sesi workshop dan mengaitkannya dengan dinamika politik yang sedang terjadi. Proses ini menjadi pengalaman yang sangat berharga dan eksklusif baginya sebagai orang muda. Melalui program ini, ia merasa siap untuk melanjutkan advokasi dalam isu HAM dan kebebasan sipil lainnya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
English Version:
2030 YFI Successfully Empowers 93 Young Indonesians to Promote Civic Freedom and Human Rights Through Freedom Unleashed
From November 2023 to April 2025, 2030 YouthForce Indonesia successfully implemented a Freedom Unleashed. Freedom Unleashed is part of the WeRise alliance, collaborating with CIVICUS Global Alliance, with the aim of expanding civic freedom. human rights, and the freedom of peaceful assembly.
Freedom Unleashed, initiated by 2030 YFI, focuses on three aspects:
A. Increasing youth awareness about the importance of civic freedom including the right to peaceful assembly, in Indonesia.
B. Empowering young people to understand the legal foundations of civic freedom in Indonesia and how they can implement them through various creative mediums.
C. Encouraging youth empowerment to advocate for civic freedom issues through creative media or art.
This program was divided into two cycles. The first cycle ran from November 2023 to June 2024, while the second cycle ran from November 2024 to April 2025. Over the one and a half years of the program, 93 young people from 18 provinces in Indonesia were successfully empowered and participated in promoting civic freedom in Indonesia.
First Cycle (November 2023 - June 2024)
In the first cycle, we successfully empowered a total of 38 young people from 9 provinces in Indonesia through hybrid capacity-building training. For this training, we collaborated with Komnas HAM, Amnesty Indonesia, Pamflet Generasi, Narasi, SAFENet, LBH Apik, PSHK, and Project Multatuli.
Participants learned about the fundamentals of civic freedom in Indonesia, meaningful youth participation, freedom of expression in digital spaces, and strengthening digital campaigns on social media to voice various issues that still threaten civic freedom in Indonesia.
As a result of this capacity building, program participants successfully produced a total of 93 digital video content pieces advocating for the importance of freedom of expression, opinion, peaceful assembly (civic freedom), social justice for marginalized groups, and campaigns related to the revision of the ITE Law and the new Criminal Code.
As a continuous step for this first cycle, we also produced a pocket guide book on the importance of youth contributions to civic freedom issues and how they can voice these issues through digital campaigns.
In the process of creating this pocket guide, 2030 YFI collaborated with 13 other youth organizations in consultative meetings to discuss key points that needed to be voiced or included in the guide book.
Second Cycle (November 2024 - April 2025)
In the second cycle, we also conducted capacity building activities and collaborative campaigns, but what differentiated it from the first cycle was our effort to reach a larger and wider youth audience and to try using creative art as a form of civic freedom advocacy.
In this second cycle, we empowered 55 young people from 13 provinces in Indonesia. This capacity training was conducted in a two-day series attended by 28 participants online (January 11-12, 2025) and 27 participants offline (January 25-26, 2025). In this second cycle's capacity training, we collaborated with Amnesty Indonesia, PSHK, Remotivi, and artist Ika Vantiani.
As a learning outcome from this capacity training, participants were asked to create one collaborative campaign video and one art piece to be exhibited in an exhibition titled Freedom (Art)ssembly. A total of 36 collaborative campaign videos were produced, and 36 art pieces, including paintings, illustrations, posters, installations, games, clay, and poetry, were created by the talented hands of the participants.
These works were showcased at the Freedom (Art)ssembly Exhibition and Talkshow on March 22, 2025, at Taman Ismail Marzuki. During this event, visitors could learn from and enjoy the participants' works. The hope is that the participants' works can raise awareness among the general public about the importance of civic freedom and the role of young people in promoting these issues. In addition to the exhibition, we also held several creative activities such as workshops for making keychains and collages with the theme of Civic freedom and Human Rights.
As the highlight of the event, we held a public dialogue with the theme "Expanding Civic Freedom Through Creative Media," featuring speakers Fatia Maulidiyanti (Human Rights Activist), Hafez Gumay (Koalisi Seni), Fitriyani (KontraS), and Aidia Awwaaba (2030 YouthForce Indonesia), who discussed the current situation of civic freedom and how creative media and art can be used as a form of protest and critique against situations that currently restrict civic freedom.
Through this program, we hope to increase the capacity of young people to voice their civil rights. Hafiz, a participant of Freedom Unleashed from Aceh, revealed that during the program, besides understanding the condition of civil liberties and human rights in Indonesia, he also learned how to use art as a medium for expression. "It's better to take a small action than do nothing," he stated. Additionally, Iman, another participant, shared how during the Freedom Unleashed activities, he learned a lot that the struggle for freedom is a struggle for everyone and that it was an extraordinary opportunity to exchange experiences and hear stories from friends from various regions, issues, and organizations. This made him realize the importance of intersectionality in the struggle, collaboration, and participatory approaches that go beyond tokenism and mere representation.
Finally, another participant, Meira Fenderissa, stated that the program not only helped her understand the material but also involved her in the process of a collective exhibition project. While working on the piece, she re-evaluated the lessons from the workshop sessions and connected them to the ongoing political dynamics. This process became a very valuable and exclusive experience for her as a youth Through this program, she feels ready to continue advocating for human rights and other civil liberty issues.
Commenti